Pendidikan ditengah Generasi Facebook
Dengan bekal pembelajaran social yang akurat,
cermat dan bersinergi tinggi, maka pada jaman apapun akan mampu membentuk
masyarakat yang berfitur sosiologis yang baik. Lantas bagaimana dengan
pendidikan modern, yang dilangsungan di tengah era tehnologi informasi dan
komunikasi yang super canggih, seperti misalnya penggunaan aplikasi facebook untuk sebagian besar masyarakat kita,
yang sudah terlanjur menggandrungi facebook
tersebut sebagai alat komunikasi.
Khusus untuk penunjang sistim komunikasi ini,
semakin canggih, efisien, cepat serta murah, semakin pula banyak “ekses
negatip” yang ditimbulkan. Sistim informasi dan komunikasi tersebut adalah
“situs pertemanan facebook”. Sebagai sistim yang banyak menarik kegandrungan
masyarakat dunia terlebih-lebih bagi facebooker remaja kita (sebesar 40,1 %
dari seluruh facebooker).
Begitu kuatnya facebook
berhasil menyihir hati kita semua, terbukti bahwa masyarakat pengguna sistim
ini, menurut survey pada tahun 2009 berjumlah mencapai 235 juta penduduk dunia
( hampir menyamai penduduk USA). Bahkan lebih mengejutkan lagi, memasuki tahun
2010 ini,pengguna facebooker telah tembus hingga mencapai setengah milyar
masyarakat dunia, dengan jumlah “log in” aktif sebesar 50% dari keseluruhan
facebooker dan 70% diantaranya adalah facebnooker dari luar Amerika. Jumlah
tersebut bervariasi lintas gender, remaja hingga orang dewasa dengan tidak memandang
jenis profesi. Hal ini tentunya membawa konsekuensi bahwa facebook, bakal menjadi sistim komunikasi dan
informasi yang membentang menembus tembok budaya, bahasa, geografis, kedaulatan
negara serta perdaban social seantero bumi ini.
Dengan jumlah facebooker yang mencapai hamper 23
juta maka diluar dugaan Indonesia menjadi 10 negara terbesar pengguna bersama
dengan. AS, Inggris, Turki, Perancis, Canada, Itali, Spanyol, Australi dan
Pilipina. Perkembangan facebooker ini melesat dari tahun ke tahun, mulai hanya
831 ribu facebooker pada tahun 2008 hingga mencapai jumlah 22 juta pada tahun
2010 ini dan diprediksi akan terus bertambah dari tahun ke tahun. Lantas
kitapun mesti harus mempersiapkan mental kita, apabila sebagian besar pengguna facebook adalah remaja putra putri kita. Akses
negatip apa yang bakal menerpa mereka.
Memang perlu kita waspadai bahwa semenjak
masyarakat Indonesia mengenal telepon seluler, kemudian internet dan terakhir adalah facebooke, sedikit
banyaknya sistim tersebut telah mengubah perilaku mereka. Betapa tidak, mereka
ibaratnya telah menjadi bagian masyarakat yang tidak lagi interaktif dan
komunikatif dengan lingkungan sosialnya dan pada gilirannya nanti bakalan
menjadi masyarakat dengan fitur sosial yang
tanpa kepedulian sesama, pengaruh ini sudah
barang tentu akan signifikan terhadap remaja. Karena mereka hanya bersedia
berinteraksi dengan komunitasnya yang berada dalam satu sistim.
Masalah lain yang juga patut kita waspadai adalah
semakin mudahnya remaja kita mengakses situs porno yang belum relevan dengan
perkembangan pribadi mereka. Oleh karena itu kita menjadi prihatin dengan data
yang disodorkan
Okanegara dalam “Kehidupan Remaja Saat Ini”
(2007) bahwa jumlah remaja Indonesia yang berusia 10-24 tahun mencapai 65 juta
orang atau 30 persen dari total penduduk Indonesia? Tahukah kita bahwa sekitar
15-20 persen dari remaja usia sekolah di Indonesia sudah melakukan hubungan
seksual di luar nikah? Tahukah kita bahwa 15 juta remaja perempuan usia 15-19
tahun melahirkan setiap tahunnya?.
Lantas kitapun berpikir, apakah pengaruh aplikasi
dunia maya tersebut sangat signifikan terhadap ambruknya moralitas remaja kita.
Pertanyaan tersebut haruslah dijawab dengan bijak, karena tehnologi aplikasi
tersebut semata mata dirancang untuk kesejahteraan umat manusia, begiotu juga
dengan tehnologi lainnya. Maka untuk menyematkan dunia remaja dari ekses
negatif, maka kita perlu meningkatkan peran faktor pendukung sistim pendidikan,
yaitu sekolah, orang tua wali dan masyaakat yang lebih ketat lagi.
Sumber duniaremaja.net
0 komentar:
Posting Komentar